Perlunya Praktek Kerja

Kemarin pagi (28/10) saya mengikuti presentasi hasil penelitian mahasiswa S2. Penelitian tentang pemodelan pemanenan tanaman meranti di hutan tropis. Selain sebagai mahasiswa S2, dia juga asisten dosen di salah satu kampus di kota gudeg. Sudah menjadi kewajiban setiap tamu yang melakukan penelitian, sebelum dan selesai kegiatan harus mempresentasikan kegiatannya.

Tak hanya penelitian dosen, setiap mahasiswa yang mengikuti magang atau praktek kerja juga diwajibkan memberikan presentasi. Bulan ini saja ada dua perguruan tinggi yang mengajukan ke perusahaan untuk memohon ijin agar para mahasiswanya bisa mengikuti praktek kerja.

Sebenarnya, ada banyak manfaat yang diperoleh mahasiswa yang melakukan praktek kerja atau magang. Ini yang tampaknya jarang dipahami oleh sebagian mahasiswa di kampus. Mereka kebanyakan berpikir buru-buru ingin cepat lulus dan dapat IPK yang tinggi. Syukur-syukur lulus dengan predikat cumlaude. Proses praktek kerja dianggap hanya memboroskan waktu karena menunda kelulusan.

Namun dari beberapa mahasiswa-mahasiswi yang praktek, ternyata ada juga yang  lulus dengan predikat cumlaude. Bahkan tergolong lulusan terbaik di fakultasnya. Padahal mahasiswi ini tak hanya kuliah. Tapi juga praktek kerja di perusahaan dan sekaligus penelitian untuk skripsinya.

Ada juga mahasiswa lain yang selain mengikuti praktek kerja dia juga membantu penelitian dosennya di lapangan. Nah, dari penelitian dosen hasil kerjasama dengan pihak pemerintah atau lembaga lain, mahasiswa juga bisa mendapatkan topik untuk skripsinya.

Satu langkah telah dilewati. Kalau teman-temannya nggak mudah mencari judul skripsi, mahasiswa yang mau praktek kerja dan membantu penelitian dosennya malah dapat banyak manfaat. Praktek kerja diikuti, mendapat judul penelitian dan tambahan uang saku.

Cuma masalahnya apakah banyak mahasiswa yang berpikir seperti itu? Mau berlelah-lelah praktek di tempat yang jauh dari keramaian? Nggak ada mall, sinyal HP apalagi kalau menginap di hutan harus mandi di sungai. Bagi kampus yang mengharuskan mahasiswa-mahasiswinya mengikuti praktek kerja, karena sebagai salah satu syarat kelulusan, memang tak ada pilihan untuk mereka.

Suka nggak suka, mau nggak mau, rela nggak rela harus diikuti. Namun bagi perguruan tinggi yang menjadikan praktek kerja sebagai sebuah pilihan, ini adalah celah bagi para mahasiswa untuk menghindari praktek kerja.

Sebenarnya saya lebih sependapat dengan kebijakan kampus yang mengharuskan para mahasiswanya mengikuti praktek kerja. Mewajibkan peserta didiknya, kalau perlu dosen muda atau asisten dosen  terjun ke lapangan dan mengetahui kondisi sebenarnya di tempat kerja.

Ini berdasarkan pengalaman saya setelah lulus dan terjun ke dunia kerja. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh para mahasiswa selama mengikuti proses praktek kerja atau magang.

1. Pengenalan Dunia Kerja
Ketika kuliah, saya dan teman-teman diharuskan mengikuti praktek umum di dua tempat, luar Jawa dan di Jawa. Praktek luar Jawa selama dua bulan dilaksanakan di Jambi. Beberapa mahasiswa dibagi menjadi kelompok. Satu kelompok terdiri dari 6-8 orang. Tinggal di kampus lapangan yang berdekatan dengan lokasi perusahaan. Tujuannya untuk mempelajari pengelolaan hutan alam hujan tropis.

Sementara itu selama praktek di Jawa, mahasiswa juga diwajibkan tinggal di kampus lapangan di Ngawi sebulan untuk belajar bagaimana mengelola hutan jati. Nggak hanya itu, praktek masih ditambah lagi dengan mengunjungi Wanagama untuk melihat upaya menanam kembali lahan-lahan kritis di daerah Gunung Kidul. Terakhir, melihat industri pengolahan kayu di Probolinggo selama tiga hari.

Bisa dibayangkan, selama tiga bulan lebih ditempa untuk menjelajah beberapa tempat praktek dan melihat langsung bagaimana kondisi di lapangan.

Di sinilah mahasiswa tak hanya diwajibkan belajar teknis kehutanan. Belajar langsung bagaimana menanam agar persen hidupnya tinggi, cara menebang pohon yang benar untuk mengurangi kerusakan dan teknik mengolah kayu bulat semaksimal mungkin. Selama praktek, mahasiswa juga dapat belajar meningkatkan softskil . Seperti  menjaga kekompakan tim, mengambil keputusan, menyelesaikan tugas dan juga permasalahan. Secara tidak langsung keterampilan tersebut ditanamkan ke masing-masing anggota. Kalau saat ini mungkin di dunia kerja istilahnya outbound.

Jadwalnya padat. Pagi, siang dan sore ke lapangan. Malamnya membuat laporan kegiatan. Tapi ada juga rasa senangnya. Kapan? kalau hari libur atau hari minggu. Sesekali jalan-jalan ke kota terdekat untuk berbelanja atau mengambil kiriman paket plus surat. Karena waktu itu belum ada sinyal handphone, jadi satu-satunya untuk mengobati kerinduan hanya lewat surat atau telepon ke wartel.

Hal inilah yang saya rasakan sangat bermanfaat ketika bekerja. Keterampilan menyusun proposal kegiatan, membuat surat, menjalin komunikasi, mengungkapkan gagasan, meredakan perselisihan dan juga bekerja di bawah tekanan tenggat waktu. Semua itu bukan lagi hal yang asing karena pernah dialami waktu mengikuti praktek kerja.

2. Mendapatkan gagasan untuk bahan penelitian
Sebagian mahasiswa yang saya tanya, menginginkan praktek sekaligus penelitian di tempat kerja. Ada dua kondisi yang terjadi. Pertama mahasiswa waktu di kampus belum memiiki gambaran sama sekali tentang judul atau tema penelitian yang dilakukan.

Nah, waktu mengikuti praktek selama dua bulan di lapangan, sering ide atau gagasan itu baru ditemukan. Biasanya pada saat presentasi mahasiswa tersebut menanyakan apakah bisa kalau sekalian melakukan penelitian. Kalau yang seperti ini disarankan agar sepengetahuan dan seijin pihak kampus.

Yang kedua, sejak awal mahasiawa sudah merencanakan untuk mengikuti praktek dan setelah itu melakukan penelitian. Mahasiswa model seperti ini biasanya termasuk cukup rajin mencari informasi. Dia bisa bertanya kepada kakak angkatannyan atau dosen yang pernah praktek dan penelitian di perusahaan. Bisa juga dia mencari referensi dengan browsing di portal perusahaan untuk mengetahui gambaran umum kondisi perusahaan.

3. Bertemu Jodohnya
Asam di gunung garam di laut, bertemu di dalam satu belanga. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Mungkin itu peribahasa yang cocok. Selain praktek dan melakukan penelitian, ada juga yang bertemu jodohnya di lapangan. Selama saya bekerja, sudah ada tiga mahasiswi akhirnya bertemu jodohnya di hutan.

Awalnya memang belum pernah kenal. Setelah di lapangan, berawal dari proses pendampingan akhirnya berlanjut hingga ke pelaminan. Karena setiap tamu termasuk mahasiswi yang datang harus didampingi karyawan selama berada di lapangan. Termasuk saat pembuatan laporan dan persiapan untuk presentasi. Rupanya dalam proses pendampingan itu, siapa menduga  tumbuh bibit-bibit rasa cinta di hati keduanya. Kalau orang jawa bilang, mungkin itu yang dinamakan witing tresno jalaran soko kulino.

6 pemikiran pada “Perlunya Praktek Kerja

  1. seharusnya saya juga udah mulai masuk lab nih, mas… tapi rasanya capek dan bosen harus balik lagi ke lab… udah ga kuat dgn bahan2 kimia.. cuma kalo mau lulus ya harus buru2 riset 🙂

Tinggalkan Balasan ke Yudhi Hendro Batalkan balasan