Memecah Kebuntuan Saat Kopdar

Selama aktif di sosia media, tak sekali pun saya pernah ikut kopdar alias kopi darat. Sebuah ajang pertemuan antara pegiat di dunia maya yang akhirnya sepakat bertemu langsung di kehidupan nyata. Jangankan ikut kopi darat.
Pertemuan atau reuni dengan teman SMP, SMA atau kuliah pun belum pernah ikut.

Pernah membayangkan dengan betapa asyiknya bertemu teman-teman waktu kopdar. Bedanya, kalau reuni kita sudah pernah kenal dan ketemu langsung secara fisik. Yang membedakan mungkin, kalau dulu waktu masih SMA atau kuliah badannya masih kurus, sekarang setelah bekerja dan berumah tangga, lingkar pinggangnya sudah melar dan perut membuncit.

Kalau kopi darat dengan teman-teman di dunia maya lain lagi. Sebagian besar belum pernah lihat langsung secara fisik. Maksimal hanya sebatas lihat foto profilnya, itu pun kalau gambar atau foto dirinya yang muncul di profil picture.

Karena terkadang ada juga teman di dunia maya yang foto profilnya gambar pemandangan, gambar mobil balap, tokoh kartun atau gambar anaknya. Nah kalau yang ini memang ada perasaan penasaran, gimana sih orangnya, tampangnya.Yang memasang foto profil pun terkadang juga bisa bikin teman kopdarnya salah duga. Lho, di foto profil wajahnya putih kok waktu ketemu jadi sawo matang. Waktu di foto orangnya terlihat murah senyum, tapi waktu ketemu malah sering cemberut.

Begitu pula dengan pembawaannya dan sifat-sifatnya. Selagi di media sosial kalau ngobrol ramai banget dan kesannya orangnya itu enak diajak chatting. Tapi pas ketemu head to head tiba-tiba jadi kalem. Bicara empat mata yang muncul malah ngrogi. Ngobrol face to face terlihat salah tingkah.

Begitu banyak kejadian-kejadian lucu dan tak mudah dilupakan waktu pertama kali dengar cerita teman-teman yang kopdar. Ini bisa terjadi karena kesan yang tertanam di dalam pikiran kita tentang teman kopdar adalah hasil interaksi kita dengannya di dunia maya. Jadi kita hanya bisa menilai dirinya dari tulisannya, komentarnya dan juga sedikit dari fotonya.

Sebenarnya, awal ketemu kemudian agak grogi itu biasa. Orang pertama kali berjumpa, kalau langsung akrab malah bikin heran. Ada momen dimana harus ada pihak yang berinisiatif untuk mencairakan suasana. Ada salah satu yang harus jadi ice breaker. Pemecah kebuntuan dan kekakuan dalam memulai pembicaraan.

Memang saya belum pernah ikut kopdar. Namun sehari-hari saya sering ketemu orang-orang baru yang sebelumnya belum pernah saya kenal. Tugas saya sebagai karyawan yang kerap mendampingi tamu mengharuskan saya untuk juga berfungsi sebagai ice breaker tadi. Kalau bertemu dengan tamu yang orangnya suka cerita, saya malah senang. Karena cukup jadi pendengar setia dan sesekali mengomentari ceritanya.

Namun tak semua tamu punya sifat seperti itu, suka cerita dan ngobrol ngalor ngidul. Adakalanya ketemu orang yang sifatnya pendiam. Jika menemukan orang-orang model seperti itu, saya langsung tanya dengan pertanyaan yang dimulai dengan kata “bagaimana” atau “gimana”. Bukan pertanyaan yang diawali dengan kata “apa” yang hanya memberikan kepastian jawabannya hanya iya atau tidak.

Pertanyaan yang dimulai dengan kata bagaimana atau gimana akan sedikit memaksa tamu tersebut untuk bercerita dan memulai obrolan. Gimana pak perjalanannya? Gimana pak rasanya pertama datang ke hutan. Gimana bu setelah menempuh perjalanan darat naik bis?

Pertanyaan itu bisa juga dijadikan sebagai pemecah kebuntuan pada saat kopi darat. Kalau dua orang atau lebih punya minat, hobi dan kesukaan yang sama, nggak masalah. Obrolan yang sudah berlangsung di media sosial cukup dikembangkan saat bertemu di dunia nyata.

Kopi darat sesama peminat travelling akan banyak bertukar cerita tentang pengalamannya jalan-jalan ke obyek wisata yang menarik, kuliner khas yang perlu dicicipi dan souvenir yang perlu dibeli. Demikian juga dengan blogger yang punya hobi otomotif, obrolan tentang motogp atau formula 1 pasti jadi cerita yang nggak akan habis untuk dibicarakan.

Obrolan yang sifatnya umum dapat diawali dengan pertanyaan tentang sekolah anak-anak, pekerjaan yang saat ini sedang dilakukan, atau berita-berita terhangat yang sedang ramai dibicarakan mulai Timnas U-19, Jokowi-Ahok, Akil Mochtar, sampai Bunda Putri.

Ajang kopi darat dan bertemu langsung adalah satu momen yang ditunggu pegiat dunia maya. Karena dari ajang inilah, jalinan pertemanan di dunia maya dapat dikembangkan lagi untuk mempererat persahabatan di dunia nyata.Tak hanya itu, kesempatan untuk menambah keterampilan diri juga terbuka. Peluang untuk memperluas usaha dan bisnis bisa saja tercipta.

16 pemikiran pada “Memecah Kebuntuan Saat Kopdar

      1. Memang terkadang seperti itu, mbak. Sebaiknya kita sudah mempersiapkan diri, kalau nanti akan ada gap antara yg pernah kita bayangkan tentang teman kita itu dgn kenyataan yg ada

  1. Saya juga belum pernah kopdaran 😀 . Mungkin kalau kopdar dengan sesama blogger yang punya blog niche serupa akan punya banyak bahan obrolan, entahlah soalnya belum pernah kopdaran sih 😀 .

    1. benar, mbak. kalau punya blog niche yg sama misalkan tentang hobi tanaman hias, memasak, otomotif pasti ngobrolnya jadi menarik…
      bisa juga sebelum kopdar sudah saling kontak via telepon untuk tahap perkenalan sebelum saling bertemu 🙂

  2. Satu2nya kopdar yang saya datangi adalah Kompasianival Pak. Orang2nya sih baru ketemu pertama, tapi cablaknyaaaa…kaya teman lama! Karena kita rutin berinteraksi, jadi sudah tahu sama tahu sifat masing2, plus menempatkan diri sebaiknya ngomongnya gimana. Dan, mereka yang ‘ganas’ di maya, biasanya lebih ‘jinak’ kalau di nyata 😀

    1. Memang mbak Indri ini termasuk yg rajin nulis dan telaten berinteraksi di Kompasiana 🙂 jadi udah tahu banyak karakter Kompasianer yg lain.
      Ibaratnya sebelum terjun ke lapangan, udah tahu duluan lawan-lawan bicaranya …jadi begitu ketemu suasananya langsung cair. Terima kasih, mbak 🙂

Tinggalkan Balasan ke Yudhi Hendro Batalkan balasan