Give Away Senangnya Hatiku : Asyiknya Ketika Membaca Novel

Tulisan ini saya buat berawal dari blog walking yang saya lakukan kemarin (18/1), pada saat mengunjungi blognya Saudaraku, Muhammad Syafi’i alias Cumakatakata. Postingan terbarunya yang berjudul “Layang-Layang Terindah”, mempertemukan saya dengan blognya mas Amazzet. Salam kenal ya, Mas.

Tampaknya mas Amazzet sedang punya gawe, memberikan kesempatan teman-teman blogger untuk meramaikan ajang Give Away. Sebuah tawaran yang mampu menggelitik pikiran saya untuk berbagi cerita, sekaligus mengikuti lomba Give Away. Ibarat peribahasa sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali memposting, dua tujuan terpenuhi.

Membaca adalah salah satu kesenangan saya selain berolahraga. Kesenangan membaca ini sudah lama muncul. Sejak kelas 1 SMP, beberapa buku bacaan menjadi bacaan favorit, seperti Kisah Petualangan Tintin karya Herge dan Lima Sekawan karangan Enyd Blyton.

Setiap kali ke toko buku sebulan sekali, saya selalu minta bapak untuk membelikan buku bacaan terbaru. Beranjak kelas III SMP dan SMA, novel bergenre kriminal karangan S. Mara Gd jadi bacaan favorit saya di saat itu.

Novel itu pertama kali diperkenalkan oleh seorang teman waktu ngebrik. Pernah dengar istilah ngebrik? Maksudnya waktu jaman SMP dan SMA memang lagi senang-senangnya ngebrik. Semacam ngobrol di udara pakai radio HT IC 2N atau rig. Kalau jaman sekarang ini seperti chatting via internet. Maklum waktu itu belum kenal dengan yang namanya internet, HP apalagi blogging.

Nah, waktu ngobrol di udara, dia menawarkan ke saya mau nggak baca novel Indonesia karangan S. Mara Gd yang pada waktu itu dijuluki Alfred Hitchock-nya Indonesia. S. Mara Gd itu adalah nama samaran sang pengarang. Awalnya saya pikir tebal sekali novel itu dan kapan saya bisa selesai bacanya. Karena sudah ditawari, akhirnya saya pinjam juga. Coba dibaca dulu, ingin tahu isinya seperti apa.

IMG00841-20130119-1139

Novel ini isinya memang memancing rasa keingintahuan pembacanya. Sekaligus menguji daya selidik dan kemampuan berpikir kritis untuk merangkai beberapa kejadian menjadi sebuah kesimpulan yang logis.

Beda dengan cerita novel lainnya yang alur ceritanya hingga ending mudah ditebak. Ada keasyikan membaca novel yang bertema kriminal itu. Alur cerita dan banyaknya tokoh yang terlibat menyebabkan pembacanya harus berpikir sambil menduga-duga siapa sebenarnya pelaku kejahatan yang menjadi tersangka utama.

Sang pelaku utama pembunuhan biasanya baru diketahui setelah bab terakhir dibaca. Ini yang mengasyikkan sekaligus menantang. Kebiasaan membaca novel karangan S. Mara Gd ini berlanjut sampai mahasiswa hingga awal memasuki dunia kerja. Setiap terbitan novel S. Mara Gd, saya selalu usahakan untuk membeli.

Hingga saat ini, beberapa novel tersebut masih tersimpan di rak buku sebagai koleksi. Tak disangka, rupanya profesi sang pengarang yang tinggal di Surabaya itu sebenarnya adalah dokter gigi.

Kesenangan membaca novel itu tak pernah surut meski sudah bekerja dan berkeluarga. Memang tidak sering lagi seperti dahulu, karena waktunya harus dikelola untuk kegiatan lainnya. Seiring bertambahnya umur, tema novel yang dibaca pun sudah berbeda dengan jaman semasa ABG dulu.

Kalau waktu ABG banyak membaca novel fiksi, sekarang lebih memilih novel non fiksi dan true story. Novel yang berisi kisah sejati pengarangnya dalam mengarungi episode kehidupan. Novel yang sarat dengan pesan-pesan tentang semangat hidup dan motivasi dari pengarangnya yang juga menjadi tokoh utama. Novel yang juga menceritakan kisah jatuh bangun, senang susah, serta kegagalan dan keberhasilan yang dialami sendiri oleh pengarangnya.

Terasa ada kenikmatan dan kepuasan tersendiri membaca Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburahman El Shirazy, Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi atau Mimpi Sejuta Dollar-nya Merry Riana. Membaca novel-novel itu seperti mendapat pencerahan luar dalam dan lahir-batin.

IMG00839-20130119-0519

Tak hanya itu, selain sebagai pengarang, mereka ternyata juga motivator-motivator hebat yang mempunyai impian yang besar. Mereka juga punya semangat untuk berbagi yang tinggi untuk sesama dengan apa yang mereka miliki. Optimisme, perjuangan tak kenal menyerah dan keinginan untuk bermanfaat bagi sesama adalah virus positip yang ingin ditularkan dalam isi cerita novel tersebut.

Bagi saya, novel-novel tersebut seperti oase kehidupan. Sebuah oase yang menghadirkan sisi lain dalam menghadapi sebuah permasalahan atau problema. Sebuah oase yang menyajikan sudut pandang yang berbeda dalam menjalani kehidupan.

Hampir setiap hari, kita dihadapkan pada informasi dan berita dari media massa tentang kerusuhan, bencana alam, korupsi dan hal-hal lainnya yang bernada pesimisme, penuh kecurigaan dan negative thinking. Namun setelah membaca novel tersebut, terasa ada kedamaian yang muncul dalam diri. Proses keseimbangan dalam diri pun terjadi. Rasa optimisme mulai tumbuh, berusaha mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan lebih mengutamakan berpikir positip menghadapi sebuah masalah.

Sepertinya tak hanya saya yang merasakan hal tersebut. Terbukti, novel-novel tersebut banyak dicari masyarakat dan termasuk kategori best seller. Bahkan beberapa produser film pun tertarik untuk menyajikannya dalam layar lebar.

Ini pertanda baik, bahwa sebenarnya masyarakat mulai menghargai hasil karya buatan negeri sendiri. Bahkan untuk novel tertentu seperti Laskar Pelangi, sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan beberapa bahasa asing lainnya. Suatu bentuk apresiasi yang tinggi dari masyarakat dunia terhadap hasil karya sastra bangsa Indonesia.

Ada kesamaan visi dari beberapa pengarang novel tersebut yang saya simak ketika novelnya diterbitkan dan mereka menjadi orang terkenal. Bahwa mereka ingin memberikan manfaat bagi sesama, memiliki jiwa sosial yang tinggi dan cita-cita yang mulia. Mereka tak hanya menulis dan membuat novel untuk dirinya sendiri, namun juga menyumbangkan penjualan hasil karyanya untuk membantu orang lain yang kurang mampu.

Ini yang dilakukan oleh Andrea Hirata ketika membangun gedung sekolah di kampung halamannya. Juga Ahmad Fuadi yang mendirikan yayasan untuk anak-anak kurang mampu di sekitar tempat tinggalnya.

Dengan menulis dan membuat novel, mereka telah mengamalkan salah satu sabda Nabi Muhammad SAW, “Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya”

Artikel ini diikutsertakan dalam Give Away Senangnya Hatiku

launching blog www.amazzet.com - giveaway senangnya hatiku

8 pemikiran pada “Give Away Senangnya Hatiku : Asyiknya Ketika Membaca Novel

  1. wah, 3 dari 5 novel terakhir saya belum baca Pak, tapi kalau Habibie ainun saya sudah lihat filmnya…

    Ustadz Azzet termasuk penulis aktif Pak, sudah banyak buku-buku beliau…

  2. Wa, kenal S. Mara Gd sejak jamannya ngebrik ya, hehe… saya juga ingat jamannya ngebrik dulu. Benar sekali, Pak, membaca novel memang merupakan kesenangan tersendiri. Apalagi kalo sudah membaca banyak novel. Saya juga merasakan itu. Maka, secara resmi artikel di atas saya nyatakan TERDAFTAR.

    Makasih banyak ya. Salam hangat dari Jogja.

  3. waktu kecil saya juga suka baca seri lima sekawan, trio detektif dan sejenisnya. setelah besar malah jarang baca buku cerita 😀
    semoga sukses ngontesnya pk …

Tinggalkan komentar