“Saya beberapa kali dikomplain dan ditanya oleh masyarakat mengapa kalau dari Pontianak ke Palangkaraya atau Banjarmasin harus ke Jakarta dulu. Padahal, ini kan, sama sama di Pulau Kalimantan,” ujar Gubernur Kalbar, Cornelis, saat peresmian penggunaaan pesawat ATR 72 – 600 oleh maskapai Kalstar di Bandara Supadio, seperti dikutip dari harian Kompas cetak 6 Juli 2013.
Tepat enam hari setelah peresmian penggunaan pesawat ATR 72-600 itu, saya diberikan kesempatan merasakan terbang dengan pesawat yang digunakan oleh maskapai Kalstar itu.
Pesawat berbaling-baling tersebut melayani rute penerbangan Pontianak – Putussibau, Sintang dan Ketapang. Nggak hanya rute itu, pesawat juga melayani rute Pontianak – Semarang melalui Ketapang.
Ini benar-benar diluar dugaan saya.
Rezeki memang sudah ada yang mengatur, demikian orang bilang. Setelah selesai mengikuti rapat dua hari di Pontianak, tanggal 10-11 Juli, saya diminta oleh pimpinan untuk pulang ke camp keesokan harinya bersama 5 orang tamu.
Misinya, kembali ke tempat tugas sekalian mendampingi tamu yang akan berkunjung ke lapangan. Karena tergolong tamu VIP, mereka menumpang pesawat Kalstar dari Pontianak ke Sintang. Kalau nggak mendampingi tamu sih, biasanya saya pulang ke tempat kerja naik bis malam.
Bukan pertama kali ini saja saya naik Kalstar. Sebelumnya juga sudah pernah. Cuma yang bikin saya heran, kok di tiket tertulis keberangkatan pesawat jam 07.00? Biasanya, seperti bulan lalu, pesawat berangkat jam 15.30. Kok jam terbangnya berubah? Sudahlah, ikuti saja jadwalnya sesuai tiket. Besoknya, tanggal 12 Juli jam 5.30 saya sudah meluncur ke bandara.
Sebagai pendamping tamu, lebih baik datang duluan. Lucu kan kalau saya sampai di bandara, justru tamunya sudah menunggu duluan. Di bandara juga sudah ada teman dari kantor yang ikut mengantar keberangkatan kami.
Agak khawatir juga sampai jam 06.00. tamu belum muncul di bandara. Padahal sudah check in tiket. PSC juga sudah dibayar. Cuma belum bisa boarding karena menunggu barang-barang bawaan tamu yang harus masuk bagasi.
Kontak via telepon pun berulang-ulang dilakukan untuk memastikan di mana posisi terakhir. Waktu pertama dihubungi masih sarapan di hotel, telepon kedua posisi sudah di perjalanan. Terbayang kalau sampai terlambat datang di bandara dan ketinggalan pesawat.
Lega juga akhirnya, jam 06.20, tamu dengan menggunakan dua kendaraan tiba di bandara. Buru-buru saya ajak tamu ke ruang pemeriksaan dan masuk ke ruang boarding.
Setelah berada di ruang boarding, ada pengumuman, ternyata pesawat delay saudara-saudara. Menurut informasi petugas bandara, ada masalah cuaca di sekitar bandara Susilo, Sintang. Setelah menunggu 20 menit, akhirnya sekitar jam 07.20 kami boarding dan naik bis menuju pesawat.
Dibandingkan pesawat sebelumnya, pesawat ini kapasitas kursinya lebih banyak. Saya hitung ada 72 tempat duduk. Empat baris ke samping dengan susunan dua-dua dan delapan baris ke belakang. Saya baru tahu arti ATR 72 – 600, angka 72 itu mungkin menunjukkan kapasitas tempat duduk atau penumpangnya. Kalau 600 artinya apa ya? Ada reman blogger yang bisa menjelaskan?
Suasana di kabin agak lengang. Jumah penumpang hanya separuh dari jumlah kursi yang ada. Selain jumlah penumpang, perbedaan dengan generasi pesawat sebelumnya adalah ketinggian terbang.
Kalau ATR yang kapasitasnya 40 orang yang pernah saya posting di sini, ketinggian terbangnya 9.000 feet. Nah, ATR 72 – 600 ini terbang hingga ketinggian 12.000 feet atau 4.000 meter di atas permukaan laut. Waktu tempuhnya lebih cepat 2 menit dibanding pesawat generasi sebelumnya, Pontianak – Sintang hanya 33 menit. Bandingkan kalau naik bus, perlu waktu sampai 10 jam. Capai deh 🙂
Karena menggunakan baling-baling dan terbang tidak terlalu tinggi dibandingkan pesawat bermesin jet, pemandangan di bawah pesawat masih nampak. Ini dia kesempatan untuk memotret beberapa gambar : gugusan awan, permukaan lahan berbukit, dan suasana di dalam kabin pesawat.
Meski memiliki kapasitas penumpang lebih banyak, ada satu hal yang nggak berbeda dengan seri sebelumnya. Apa itu? Di dalam pesawat, nggak pakai nomor kursi. Meski di tiket sudah tertera nomor kursi, di kabin pesawat ternyata nggak tercantum.
“Silakan bebas memilih kursi”kata salah satu pramugari kepada penumpang yang kebingungan mencari tempat duduknya sesuai tiket yang dipegang. Nah, lho. Kok bisa begitu ya?
seperti saat masuk ke airasia pertama kali dulu mas… dibilang duduk di mana saja mas. lah kalau kenapa2 nanti gimana ya??? gak ketahuan dong identitas saya.
kasihan penumpang yg belakangan antri, Bro. pasti nggak punya kesempatan pilih tempat duduk
Pasti dpt dong mas. Kan tetep harus punya tiket kan? Paling dapatnya duduk yang dihindari banyak org… dekat emergency exit
kalau duduk di situ biasanya tempatnya agak luas, kaki bisa selonjor, Bro
foto yang ada gunung nya cakep banget mas…
dan saya baru tahu juga ternyata kalau dari pontianak ke Bjm atau Palangkaraya ada yang harus ke Jakarta dulu yaa.. ya ampun.. jauh amaat muternya.. o_o
itulah kelebihan naik pesawat berbaling-baling, obyeknya di darat masih banyak yg kelihatan dan bisa dipotret,nya.
selama ini memang begitu, pesawatnya harus transit dulu ke jakarta, padahal kota2 itu di kalimantan semua 🙂
pengen nyoba jadinya x)
eia mas tapi gimana itu rasanya? berguncang2 gak? naik pesawat biasa yg kecil aja kan (buat saya) udah lumayan ngeri soalnya… 😀
boleh kalau sekali-kali nyoba terbang… yg jelas sih suara baling-balingnya terdengar kencang waktu lepas landas. kalau pas melewati gugusan awan terasa deh guncangannya 🙂
Yang penting jangan sampai ada penumpang berdiri di pesawat 🙂
hahaha….benar juga pak. kalau ada yg berdiri sama seperti naik bis 🙂
pengalaman asik. pasti menegangkan naek pesawat itu. kalo gak tercantum nomornya, berarti bebas milih dong ya
di tiketnya memang tercantum nomor kursinya, Bro. tapi waktu di dalam kabin pesawat, nggak ada. jadi kursinya silakan bebas dipilih sesuka hati 🙂
wah kalo gak ada nomernya kasian yg checkin duluan dunk ya …
trus pasti semuanya rebutan deket jendela 😛
benar,bro. banyak penumpang yg pilih duduk dekat jendela supaya bisa lihat pemandangan di bawah
wah .. aku malah bru tahu kl nggak ada nomor duduknya mas
waktu pertama kali naik pesawat itu, aku jg bingung mbak 🙂
wow view nya bagus banget dari atas…
yg punya hobi jeprat-jepret pasti suka…dan merasa sayang kalau nggak diambil gambarnya
Ya,indah banget gugusan awannya..
Btw,lebih baik jangan cantumkan nomornya…
kelihatan kayak kapas yg beterbangan ya….
mungkin 600 dari seri 72-600 itu maksudnya jarak jangkau terbangnya 600 km 🙂
bisa jadi begitu 🙂
ATR-72 600 itu maksudnya adalah seri terbaru saat ini dari pesawat ATR-72 buatan Perancis tersebut (karena sebelumnya seri 500), tentu saja dengan beberapa kelebihan dari seri sebelumnya, seperti efisien dalam operasional, fungsi boost utk take off, dan tampilan glass cockpit yang baru. Jarak tempuh terjauhnya bisa mencapai sekitar 800 Nautical Miles atau sekitar 1500 km, tidak terbatas hanya 600 km.
Sepengetahuan saya pesawat ATR-72 600 (saya biasa menggunakan armada milik Wings Air yang serupa) tersebut tetap ada nomor seat-nya… cuman letaknya tersembunyi dan hanya bisa dilihat saat bagasi barang di atas seat terbuka… berbeda dengan ATR-72-500 yang nomornya bisa terlihat tanpa harus buka bagasi. Kemungkinan anda kemaren dibebaskan memilih kursi karena pesawat tersebut hanya berisi sebagian saja…
Terima kasih atas tambahan infonya yg cukup lengkap, Pak. Salam kenal