Kenapa Harus Mengeluh ?

Penumpang turun dulu ya

Tidak mudah memang untuk tidak mengeluh atas apa yang terjadi pada diri kita. Jika ada sesuatu yang tidak menyenangkan dan mempersulit langkah kita, spontan justru keluhan dan omelan yang terucap dari mulut. Padahal kondisi yang tidak mengenakkan itu belum tentu tidak baik untuk diri kita.

Perlu kedalaman berpikir untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi. Perlu kerendahan hati untuk bisa memahami, bahwa apa yang sebenarnya kita keluhkan itu justru mengandung hikmah kehidupan.

Seperti yang saya alami dalam perjalanan dari Nanga Pinoh ke Logpond Popai beberapa minggu yang lalu. Dengan menumpang kendaraan umum, perjalanan kami terhambat jalan yang rusak. Kendaraan terjebak jalan berlumpur dan tidak bisa digerakkan. Penumpang pun terpaksa turun dan jalan kaki untuk menunggu kendaraan ditarik kendaraan lain.

Tak terkecuali bagi para pemudik yang ingin pulang kampung bertemu dengan keluarga, sanak saudara dan tetangga. Terutama yang menggunakan moda transportasi darat. Kondisi sebagian jalan yang rusak dan dalam proses perbaikan, benar-benar menjadi hambatan utama di perjalanan.

Penumpang yang nggak sabar pasti ngomel-ngomel karena lambat sampai di tujuan. Ditambah lagi rasa lapar dan dahaga yang menyergap, karena nggak mengira kalau kendaraan akan mengalami nasib seperti itu.

Rencana yang sudah tersusun rapi, terkadang harus berubah saat dieksekusi. Persiapan yang sudah matang, adakalanya harus disesuaikan lagi dengan kondisi terbaru saat dijalani.

Di sinilah kesabaran penumpang benar-benar diuji. Kreatifitas kita sebagai penumpang kendaraan umum sedang diasah. Pada kondisi seperti itu, pilihan apakah yang bisa kita ambil? Tindakan apakah yang akan kita lakukan?

Apakah ngomel menyesali situasi yang terjadi, bengong dan tak berbuat apa-apa, marah-marah menyalahkan pihak lain atau berinisiatif memanfaatkan kondisi yang terjadi dengan hal-hal yang bermanfaat.

Sebagai salah seorang penumpang yang menyukai fotografi, kondisi seperti ini bagi saya laksana mendapat hikmah atau manfaat dibalik musibahi. Blessing in disguise. Kenapa begitu?

Minibus juga terjebak

1. Mendapat obyek foto gratis.

Dalam dunia fotografi, tidak mudah berburu obyek yang menarik dan alami. Untuk mendapatkan peritiwa atau gambar yang menarik, seorang fotografer harus menunggu momen yang tepat untuk mendapatkan obyek yang diinginkan. Bahkan, terkadang untuk mendapatkan peristiwa apa adanya dan alami, situasi pemotretan harus disetting untuk mendapatkan obyek yang diinginkan.

Peristiwa minibus yang terperosok adalah hal yang terjadi spontan, tanpa rekayasa atau direncanakan apalagi disetting. Ini bagaikan mendapat durian runtuh bagi penikmat fotografi. Sebuah momen yang pantas disyukuri oleh fotografer, pucuk dicita ulam pun tiba. Bila menghadapi situasi seperti itu, yang dibutuhkan adalah kepekaan untuk melihat bahwa hal tersebut adalah obyek fotografi yang layak diabadikan, bahkan memiliki nilai berita yang tinggi.

2. Merasa Bersyukur

Peristiwa minibus yang terjebak jalan rusak itu dan melihat para penumpang turun berjalan kaki, menyadarkan saya bahwa hambatan yang terjadi tak perlu membuat kita berhenti melangkah. Teruslah bergerak, move on meski rintangan berada di depan mata.

Tak hanya itu, supir minibus yang berusaha mengakali agar kendaraanya lolos dari jalan rusak juga menjadi kredit poin tersendiri. Dia tak hanya diam berpangku tangan, namun tetap aktif berusaha dengan berbagai cara. Dia tak hanya duduk-duduk menunggu datangnya bantuan tanpa berbuat apapun.

Sebuah pelajaran kehidupan telah saya peroleh dari jalanan. Pelajaran tentang pentingnya sikap untuk tidak mudah menyerah dengan situasi yang terjadi. Pelajaran tentang perlunya kegigihan dan sikap tak mudah menyerah meski hambatan dan rintangan menghadang. Pelajaran yang harus saya syukuri, karena semuanya terjadi di depan mata saya, alami dan nyata.

Terjebak jalan berlumpur

3. Perlunya Menjalani Proses

Menumpang kendaraan umum, merasakan kerusakan jalan hingga berupaya meloloskan minibus yang terjebak adalah rangkaian proses yang akan mendewasakan diri kita. Di sini diri saya tersadar bahwa ternyata perjalanan untuk mencapai satu tujuan tidaklah mudah. Ada tahapan-tahapan yang harus diikuti.

Ada proses yang harus dijalani, suka maupun duka, susah maupun senang. Tak mungkin kita mencapai satu tujuan tanpa melewati proses itu. Tak mungkin saya tiba di logpond tanpa memulai dengan menumpang kendaraan terlebih dahulu. Untuk mencapai tujuan ada kaidah-kaidah umum yang harus dijalani. Semuanya perlu proses dan nggak bisa instan.

bantuan akhirnya datang

4. Rencana tak Selamanya Berjalan Mulus

Sebagian orang berpendapat, bahwa kalau kita gagal merencanakan maka sama saja dengan merencanakan untuk gagal. Saya termasuk yang kurang setuju dengan pendapat tersebut. Karena sepertinya kalau rencana kita sudah matang, maka dijamin pelaksanaannya bakal mulus 100 %. Realisasinya nggak bakal meleset dari target.

Sebaik-baiknya rencana, tetap senantiasa menyediakan ruang untuk kemungkinan berubah pada saat dieksekusi di lapangan. Sematang-matangnya kita buat rencana mudik, mulai dari anggaran, transportasinya, akomodasinya, masih ada peluang untuk terjadi hal-hal di luar yang kita rencanakan.

Karena itu selain menyiapkan diri dengan rencana yang tersusun rapi, siapkan juga langkah-langkah penyesuaian diri jika terjadi hal-hal yang di luar kendali diri kita. Agar kita tak hanya sebatas lihai dalam menyusun rencana, namun juga bersiap-siap menerima kondisi terburuk yang bakal terjadi.

“Tulisan ini disertakan dalam TGFTD – Ryan GiveAway”

TGFTD - Ryan's GiveAway

22 pemikiran pada “Kenapa Harus Mengeluh ?

  1. sukses buat GAnya ya Mas…
    kudu ditambahin satu lagi Mas, yakni krn Mas seorang bloger, jadi moment seperti itu menjadi bahan postingan blog hehehe 😛

    1. aamiin, bro Ronald….
      tepat sekali, semua situasi termasuk yang kurang menyenangkan bisa jadi bahan postingan …
      tinggal mengasah kepekaan untuk menangkap momen tersebut…. 🙂

  2. wah..wah.. ini praktek bagaimana seharusnya kita melihat sisi sisi positif dalam keadaan yang “menyempitkan”. Benar benar pemikiran elok dan inspiratif 😉

  3. maa lahir batin yah mas yud….
    ulasannya dewasa banget. banyak pelajarannya.
    sejak berencana sesuatu, sudah harus disiapkan mental bahwa rencana bisa gagal. but tetap positif thinking sebagai doa agar lancar jaya.

    1. apa kabar, mbak? sama-sama, mbak Ina. maaf lahir batin juga.

      siaap, mbak. perlu ada keseimbangan. supaya nggak sombong kalau berhasil. dan sebaliknya nggak mudah putus asa kalau hasilnya nggak sesuai yang diharapkan 🙂

Tinggalkan komentar